Selamat Datang di Kantor Kami

Selasa, 27 November 2018

www.pengacara-ponorogo.blogspot.com


Saudariku...
Rumah tangga yang harmonis merupakan hal yang didamba oleh pasangan suami istri. Tenang, damai dan selalu tumbuh rasa kasih sayang diantara anggota keluarga adalah cita – cita sebuah mahligai rumah tangga.
Tidak sedikit yang bisa menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Namun, banyak juga yang ternyata terombang – ambing oleh “ombak” dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Ada yang bisa mengendalikan laju “Perahu rumah tangga”nya tersebut dengan cara mencari penyelesaian atau solusi yang bijak.  Tapi ada juga yang ternyata “terhempas” akibat ombak yang begitu besar dan dahsyat. Ombak dimaksud adalah permasalah rumah tangga.

Minggu, 01 Januari 2017


Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat warna apa pun bisa cocok menjadi rangkaian
yang indah dan serasi.
Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat.
Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan.
Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.
Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka.
Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga.keempatnya adalah:
1. Jangan melihat ke belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. �Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?� Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.
Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na�udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
2. Berpikir objektif
Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh.
Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.
Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.
3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.
Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
4. Sertakan sakralitas berumah tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah!
Sumber: dakwatuna

Sabtu, 02 April 2016







Ponorogo – Banyaknya warga Ponorogo yang mengais rejeki ke negeri jiran memberikan dampak luar biasa. Di satu sisi pemerintah daerah diuntungkan dengan tingginya devisa yang masuk ke Ponorogo namun disisi lain dampak negatif dari banyaknya TKI di Ponorogo juga tidak terelakkan. Salah satunya adalah tingginya angka perceraian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tren yang ada sekarang malah mencengangkankan. Si istri yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) diluar negeri bisa ngurus perceraian dari sana (luar negeri) melalui pengacara. Sang suami yang tidak tahu dirinya akan diceraikan kaget setelah mendapat surat duda tiba-tiba.

Hal ini dibenarkan oleh ketua pengadilan agama kabupaten Ponorogo. “Memang benar salah satu penyebab tingginya angka perceraian adalah TKI. Kadang masalah dari si istri yang pergi keluar negeri namun tak jarang sang suami yang berulah selama istri tidak dirumah. Oleh karena itu diperlukan kerjasama lintas sektor agar masalah ini ada solusi, “jelas Atikhoiriyah Ketua Pengadilan Agama Ponorogo.




Akhir-akhir ini, kita banyak menemukan berbagai berita tentang kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) di berbagai media masa. Bahkan tidak jarang, kita menemukan KDRT di lingkungan kita.
Akan tetapi, hal apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita sudah paham tentang lingkup KDRT
itu sendiri sehingga dapat menghindari atau meminimalisir kejadian?

Sudah jelas bahwa tujuan seseorang membina rumah tangga adalah untuk mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun seringkali TUJUAN PERNIKAHAN ini ternoda dalam perjalanannya. Memang benar bahwa yang namanya rumah tangga tidak lepas dari yang namanya masalah, bahkan masalah dalam rumah tangga merupakan salah satu bumbu yang dapat menguatkan hubungan pernikahan. Sebagaimana bumbu dalam masakan, tentu saja bumbunya harus pas, jika terlalu banyak maka masakan tidak akan enak, sebaliknya jika kurang juga membuat masakan tidak lezat. Salah satu masalah dalam rumah tangga yang cukup parah yaitu apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Ada 4 jenis kekerasan dalam rumah tangga yang perlu diketahui, yaitu kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikis, kekerasan seksual, dan terakhir adalah penelantaran rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga ini bisa terjadi pada istri atau pada suami, namun tentu saja wanita yang sering menjadi korban karena posisinya yang lemah.
Apa sih Kekerasan dalam Rumah Tangga itu?
Undang-Undang PKDRT ini menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).
Siapa saja yang termasuk lingkup rumah tangga?
Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (Pasal 2 ayat 1):
a.       Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);
b.    Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau
c.    Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).

Ada empat jenis kekerasan yang biasa terjadi di dalam rumah tangga, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi berupa penelantaran rumah tangga (Pasal 5)

Rabu, 30 Maret 2016


CERITA INSPIRASI
"Kisah seorang istri yang mengeluh tentang suaminya pada Ibunya."
Seseorang wanita yang baru saja menikah datang pada ibunya dan mulai mengeluh tentang tingkah laku pasangannya itu. Setelah menikah ia baru tahu karakter asli pasangannya yang keras kepala, suka bermalas-malasan, boros, dan lain-lain.
Wanita ini berharap orang tuanya ikut mendukung dia menyalahkan suaminya itu. Namun dia sangat kaget karena saat itu sang ibu hanya diam saja… bahkan kemudian ibunya pergi ke dapur, sementara wanita ini terus bercerita dan mengikuti ibunya ke dapur. Lalu sang ibu mulai memasak air. Setelah beberapa waktu akhirnya air pun mendidih.
Sang ibu lalu menuangkan air yang masih panas itu ke dalam 3 gelas yang telah dia siapkan. Dalam gelas pertama dia memasukkan sebuah telur, di gelas ke dua dia memasukkan wortel, sedangkan di gelas ke tiga di memasukkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, si ibu menunjukkan isi ketiga gelas tadi ke putrinya itu. Dan hasilnya: wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum.
Lalu si ibu mulai menjelaskan:
“Anak ku… masalah dalam hidup itu seperti air mendidih. Namun bagaimana sikap kitalah yang menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi:
1. Lembek seperti wortel
2. Mengeras seperti telur
3. Atau harum seperti kopi
Jadi wortel dan telur bukan mempengaruhi air, tapi merekalah yang berubah karena air panas itu. Sementara kopi malah mengubah air, membuat air itu menjadi harum.
Akan sangat mudah untuk bersyukur pada saat keadaan kita baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?”

Hari ini kita belajar ada tiga reaksi orang saat masalah datang menghampiri mereka:
1. Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendir
2. Ada yang mengeras, marah, dan menyalahkan pihak lain
3. Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana
Itu semua tergantung pilihan kita sendiri bagaimana kita merespon sebuah permasalahan.

NB : bagikan jika menurut anda bermanfaat.

Selasa, 29 Maret 2016


PERTIMBANGKAN JIKA ANDA MAU BERCERAI
Kita tidak bisa menutup mata bahwa perceraian banyak terjadi di sekitar kita. Ada pasangan yang menempuh jalan cerai karena merasa telah memilih orang yang salah, atau merasa pernikahan yang dijalaninya itu buruk atau sakit.
Saya tidak mau pusing mengenai ''orang yang salah" atau "pernikahan yang sehat versus pernikahan yang sakit", itu tidak akan menjadi bahasan dalam tulisan ini. Yang lebih ditekankan dalam tulisan ini adalah risiko perceraian yang mesti dipikirkan oleh pasangan yang memilih jalan cerai. Apa saja itu? 

Berikut ini penjelasannya.
RESIKO EMOSI
Pasangan yang menghadapi kemelut rumah tangga pasti akan merasakan tekanan-tekanan perasaan seperti: jiwa terganggu, marah, sedih, tidak berdaya, rasa bersalah, terpencil, rendah diri, putus asa, kecewa, kesepian.
Beban perasaan itu pasti akan menimpa pasangan yang menghadapi perceraian, baik sebelum, semasa atau sesudah bercerai. Tekanan perasaan itu bukan hanya mengganggu emosi dan jiwa individu tersebut, tetapi ia juga akan berimplikasi pada kesan negatif terhadap keluarga dan orang-orang terdekat.

RESIKO TANGGUNGAN
Bagi pasangan yang telah bercerai, mereka juga akan dibebani tanggung jawab dan peranan yang bertambah:
1. Sebagai ibu/ bapak tunggal
2. Terpaksa mencari nafkah .

RESIKO KEJIWAAN ANAK
Dalam perceraian, anak-anak menjadi korban yang nyata, terutama jiwa dan perasaan mereka. Mereka kurang mendapat kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari ibu bapaknya. Bagaimana bisa memberikan pengasuhan dan pendidikan secara optimal bila hidup terpisah. Beberapa situasi yang akan dihadapi anak akibat perceraian orang tuanya adalah:
1. Kehilangan kasih sayang dari ibu dan bapak
2. Kadangkala terpaksa berpisah dari adik-kakak
3. Rasa bersalah, malu, rendah diri, tidak percaya diri
4. Mengalami tekanan jiwa dan perasaan
5. Perasaan terganggu dan bingung
6. Kehilangan semangat belajar
7. Akan menunjukkan tabiat dan sikap yang negatif.
Emosi negatif anak tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut, tanpa penanganan berarti, akan membuat anak tumbuh dengan konsep diri yang negatif sepanjang hidupnya. Pasangan yang mau bercerai harus memberikan prioritas utama pada anak-anak mereka. Harus ada kehendak bersama, kesepakatan bersama bahwa:
1. Perceraian tidak akan memutuskan ikatan anak dan ibu bapak. Hanya hubungan pernikahan suami-istri saja yang terputus. Anak-anak tidak boleh dilibatkan dalam konflik ibu bapak.
2. Anak-anak perlu bantuan dan dukungan ibu bapak agar dapat mengendalikan segala perubahan yang mereka alami setelah ibu bapak bercerai.
3. Anak -anak mempunyai perasaan yang sensitif. Bila kehilangan sesuatu, pastinya akan timbul perasaan bimbang, geram dan marah. Mereka memerlukan banyak perhatian, support dan bantuan.
4. Anak-anak memerlukan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perasaan negatif yang ada di antara pasangan tidak boleh ditanamkan dalam jiwa anak-anak.
5. Jangan pernah mengatakan hal-hal buruk atau menilai buruk ibu bapak pada anak-anak. .

RESIKO FINANSIAL
Jika seseorang bercerai karena masalah keuangan, masalah itu akan tetap menghantui diri mereka setelah bercerai nanti. Sebagian dari permasalahan yang akan mereka hadapi adalah: mengurangi budget belanja kerana pendapatan sudah berkurang.
1. Gaya hidup sebelum ini terpaksa berubah, karena yang mencari nafkah menjadi tunggal.
2. Masalah keuangan akan semakin menekan jika seorang istri sebelum ini hanya bergantung kepada nafkah yang diberikan oleh suami.
3. Kebutuhan dan belanja hidup sehari-hari anak-anak akan berkurang dan ini mungkin akan turut menurunkan prestasi mereka di sekolah.
4. Muncul tuntutan hukum terkait isu nafkah anak di pengadilan.
5. Kerja lembur diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Suami harus menanggung beban keuangan lebih besar untuk membiayai kebutuhan anak-anak yang dibawa istri yang telah diceraikannya, dan tanggungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baru jika sudah berumah tangga lagi.

RESIKO SOSIAL
Jika terjadi perceraian, kehidupan sosial seseorang juga mengalami guncangan. Berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pergaulan dan interaksi sesama manusia akan mengakibatkan kesan-kesan negatif dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh:
1. Pasangan akan dipandang sinis oleh sebagian masyarakat dengan gelar janda/duda.
2. Muncul berbagai pertanyaan dari kaum kerabat yang harus dihadapi.
3. Suami dan isteri akan kehilangan keluarga, saudara dan kawan dari pasangan masing-masing.
4. Pasangan terpaksa mendapatkan bantuan dari keluarga dan saudara dalam hal penjagaan anak-anak.
5. Jiwa akan lebih tertekan jika selama ini pasangan hanya bergantung antara satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
Risiko di atas merupakan sebagian kecil dari masalah baru yang akan menimpa pasangan-pasangan yang telah membuat keputusan untuk bercerai. Walaupun pada hakikatnya ada pasangan yang terpaksa membuat keputusan yang pahit ini; disebabkan pasangannya tidak bertanggung jawab atau telah lama mengabaikan kewajiban sebagai seorang suami atau istri. Perceraian, walau bagaimanapun, bukanlah jalan keluar yang dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya.

SITUASI SETELAH BERCERAI
Setelah bercerai, pasangan dan anak-anak akan menghadapi perubahan besar. Sebagian dari permasalahan itu terkait dengan rumah, sekolah, teman, emosi.
1. Pasangan harus bersifat bijak dan bertanggung jawab setelah bercerai, terutama dalam hal menjaga tumbuh kembang anak yang sedang tertekan karena merasa kehilangan.
2. Kekompakan antarpasangan, hubungan yang baik antara ibu dan bapak, akan membantu anak-anak melewati masa sulit itu.
3. Pasangan yang merasa kesulitan dalam membangun komunikasi yang baik, bisa minta bantuan pada ahli atau orang yang dipercaya.

APA YANG ANDA SUDAH LAKUKAN?
Setiap individu perlu menilai dan meneliti setiap aspek yang akan dihadapi sebelum mengambil keputusan final. Sebagian hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat keputusan final adalah:
1. Sejauhmanakah usaha yang Anda telah tempuh untuk mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi ?
2. Sudahkah Anda berusaha mengenal dan memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada diri Anda sendiri ?
3. Sudahkah Anda memohon pertolongan Tuhan, dengan mendirikan salat wajib maupun sunat dan memanjatkan doa dengan penuh khusuk dan tawadhu (rendah hati, tunduk patuh)? 4. Sejauhmana pengorbanan Anda dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada?
5. Sudahkah Anda mendapatkan nasehat, bantuan dan bimbingan dari konsultan pernikahan?

JIKA ANDA MEMBUTUHKAN BANTUAN KAMI UNTUK MENJADI KONSULTAN RUMAH TANGGA ANDA SEBAGAI MEDIATOR ATAU KALAU MEMANG SUDAH TIDAK ADA JALAN KELUAR SELAIN PERCERAIAN, MAKA HUBUNGI KAMI :
Telp . 081226299990
Wa. 081329019810
Pin BB 5A1A9998

Berikut iniadalah sebuah kisah. Ini adalah pengakuan seorang istri yang menulis pada note di facebooknya tentang dirinya yang terjebak perselingkuhan dan perzinaaan akibat sisi buruk facebook. Semoga kita semua bisa mendapat pelajaran yang berharga dari kisah ini.
"Pernikahanku dengan Rudi (nama samaran) sudah memasuki sepuluh tahun. Sampai saat itu hubunganku dengan Rudi sangat harmonis. Ditambah lagi dengan hadirnya tiga buah hati kami.
Namun, sebuah musibah dalam keluargaku mulai muncul ketika aku mengenal facebook. Karena jejaring sosial inilah impianku untuk membangun rumah tangga yang utuh berantakan. Aku yang sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga tergoda dengan rayuan laki-laki lain melalui facebook.
Kisah ini bermula pada tahun 2009 ketika aku diperkenalkan oleh suamiku tentang facebook. Saat itu, aku yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga seakan mendapat hiburan baru. Suamiku pun senang karena melihatku yang tidak lagi jenuh sewaktu mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak. Singkat cerita, setelah sebulan mengenal facebook, aku merasa tak ada yang istimewa pada jejaring sosial ini. Namun, setelah mengenal fitur chat (obrolan), aku mulai menikmatinya. Apalagi banyak yang ingin berkenalan denganku, baik itu laki-laki, maupun ibu-ibu. Wajahku memang ayu. Kulitku putih bersih. Saat ini usiaku sekitar 34 tahun. Aku memasang foto profil yang cukup menarik di facebook. Mungkin ini yang membuat banyak orang tertarik untuk berkenalan lebih jauh denganku.
Dari sekian banyak laki-laki yang menyapaku di facebook, ada beberapa lelaki yang mengaku tertarik kepadaku. Walaupun saat itu aku mengatakan bahwa aku sudah punya anak dan suami sehingga sebenarnya mereka tidak pantas untuk menyukaiku.
Awalnya aku bertekad untuk tidak tergoda dengan bujuk rayu sejumlah lelaki di facebook. Namun, setelah aku mengenal Salam (nama samaran), semuanya berubah. Salam adalah salah satu pejabat di perusahaan BUMN di Sulawesi Selatan. Salam benar-benar membuatku terpikat dan mampu menggoyahkan imanku. Bahasanya yang santun, dan caranya ia memberiku perhatian di facebook telah membuat hatiku luluh.
Setiap hari kami berbincang-bincang lewat facebook. Bahkan kami saling bertukar pikiran tentang rumah tangga kami masing-masing. Bisa dibilang kami saling curhat. Dari sinilah perasaan aneh itu muncul, baik dalam diri saya maupun dalam diri Salam. Akhirnya, Salam menyatakan rasa cintanya kepadaku lewat chat dan ingin berjumpa denganku.
Aku yang sejak awal sudah tertarik dengan Salam tak mampu menolaknya. Namun, aku masih malu-malu menyatakan rasa cinta ini kepadanya.
Setelah sekian bulan hanya chatting di facebook, kami pun sepakat untuk bertemu. Kami kemudian melakukan pertemuan di salah satu restoran di Makassar bagian barat. Saat itu Salam datang seorang diri, sementara aku membawa anak bungsuku.
Walaupun aku menyukainya, aku tak ingin pertemuan kami menimbulkan fitnah. Perasaanku deg-degan saat bertemu dengan Salam. Ia pun menyapaku dengan suara
berat. Ada perasaan lain yag timbul di dalam hatiku. Di tempat itu, Salam pun kembali menyatakan ketertarikannya kepadaku. Aku pun menyatakan hal yang sama.
Pertemuan dengan Salam di restoran tersebut bukanlah hal yang terakhir. Sejak pertemuan itu, kami pun sering janjian untuk bertemu. Bahkan, kadang, aku bertemu dengan Salam seorang diri tanpa membawa anakku. Kebetulan di rumah aku memiliki seorang pembantu rumah tangga.
Rupanya, inilah awal dari keretakan rumah tanggaku dengan Rudi. Aku sudah mulai jarang di rumah tanpa sepengetahuan Rudi. Maklum, setiap hari Rudi bekerja mulai dari pagi hingga malam.
Sementara aku terkadang selalu bertemu dengan Salam dari siang hingga sore. Salam telah membuka mataku tentang indahnya dunia ini. Ia mengajak aku berjalan-jalan ke mall untuk shopping, wisata kuliner, dan mendatangi tempat-tempat hiburan lainnya. Ini semua kulakukan tanpa harus mengeluarkan uang. Aku seakan-akan sudah terjebak dalam kehidupan foya-foya dan gemerlap dunia.
Walaupun aku sering berfoya-foya dengan Salam, sikapku di rumah tetap seperti biasa. Aku tetap melayani suamiku ketika ia baru pulang dari kantor, termasuk mengurus pakaian dan makanannya saat ia akan ke kantor di pagi hari.
Setelah jalan bersama dengan Salam selama dua bulan, aku pun tak mampu menolak ajakan Salam untuk bertemu di hotel. Saat itu Salam sudah membooking salah satu kamar di salah satu hotel berbintang di Makassar.
Kira-kira pada pukul 11.00 malam, aku datang menemuinya di kamar itu. Setelah kami berbincang-bincang selama beberapa menit, aku tak kuasa ketika Salam memeluk tubuhku. Akhirnya, aku pun terjebak, dan rela melakukan hubungan suami istri dengan lelaki yang bukan suamiku sendiri.
Sejak peristiwa itu, kami sering melakukannya, berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel yang lain. Aku pun begitu menikmati kehidupanku ini. Namun, hatiku setiap hari berteriak. Aku tak rela mengkhianati suamiku yang sudah memberiku tiga orang anak. Apalagi ia begitu baik dan begitu mempercayaiku. Ia pun sangat disenangi oleh keluargaku.
Aku ingin lepas dari kehidupan Salam yang harus kuakui telah memberi warna baru dalam hidupku. Ia pun mengaku tulus mencintaiku. Di depanku ia juga mengaku berdosa telah mengkhianati istrinya. Tapi, sama seperti aku, ia tak bisa meninggalkanku.
Hari-hari terus berlalu dan bulan-bulan pun silih berganti, sedangkan kehidupanku tak ada yang berubah. Aku dan Salam masih tetap jalan bersama. Bahkan, aku semakin takut kehilangannya. Namun, peribahasa yang mengatakan, "sepandai- pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga" telah terbukti kepada diriku.
Sepandai-pandainya aku menyembunyikan hubunganku dengan Salam, akhirnya ketahuan juga oleh suamiku. Aku ketahuan selingkuh setelah suamiku membaca SMS Salam yang berisi kata-kata mesra dari Salam. Ia pun memaksa aku untuk mengakuinya. Saat itu aku pun pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi suamiku langsung menghubungi nomor ponsel Salam. Awalnya Salam membantah, dan mengatakan bahwa ia dan diriku hanya berteman.
Namun, setelah diancam oleh suamiku, Salam mengakuinya dan meminta maaf. Namun, suamiku sudah terlanjur sakit. Ia pun langsung menceraikanku. Saat ini aku dan Rudi masih dalam tahap perceraian.
Namun, dalam do'aku setiap selesai shalat, aku bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala, kepada suamiku, kepada anak-anakku dan kepada keluargaku karena aku telah menyia-nyiakan cinta mereka. Aku ikhlas menerima ini semua atas konsekuensi dari perbuatanku sendiri. Namun, aku masih tetap berharap untuk bisa kembali bersama dengan Rudi, dan akan aku buktikan untuk menjadi istri yang baik."
Catatan :
Sebenarnya teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia dalam kehidupannya sehari hari, tapi sayangnya, kita sendiri yang menyalahgunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang buruk. Sungguh, salah satu sumber perceraian terbesar di dunia saat ini adalah perselingkuhan via Facebook, Twitter, BBM, dan aplikasi-aplikasi sosial lainnya.
Jadi gunakanlah teknologi dengan bijak, serta hati-hatilah karena setan akan terus menggoda untuk menyesatkan diri kita semua. Gunakanlah jejaring sosial untuk mendapatkan keberkahan silaturahim, mencari ilmu yang bermanfaat, atau untuk berdakwah. Nasihat terutama untuk wanita, janganlah memasang foto yang memperlihatkan aurat sehingga menarik perhatian lawan jenis.

Konsultasi :
Telp. 081226299990
Wa. 081329019810
Pin BBM 5A1A9998

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts